Hidroisotop Lacak Sumber Daya Air Tanah

Arah air tanah dan keberadaannya perlu diketahui. Selain berguna untuk perencanaan jangka panjang, data mengenai hal ini juga bisa meminimalkan kemungkinan kerugian kehilangan dan pencemaran yang berlebihan.

Air kadang disebut emas putih, karena sifat pentingnya bagi umat manusia. keberadaannya terus dicari-cari, bahkan di daerah yang paling sulit sekalipun. Karena sifatnya yang mudah larut, maka sumber air kadang tak hanya ditemukan dipermukaan tanah saja.

Di daerah-daerah batuan gamping, keberadaan air kadang berada di dalam tanah-tanah keras. Ini dimungkinkan karena sifat batuan gamping yang berlubang-lubang. Hingga air lolos hingga menemukan alur keras di dalam tanah. Gerusan aliran air dalam tanah tersebut, yang kemudian membentuk rongga-rongga. Maka terkenalah kemudian daerah gamping, sebagai daerah yang kaya dengan goa-goa dalam dan indah.

Untuk daerah dengan batuan keras, air juga dapat menyelusup ke dalam-dalamnya. Sama juga dengan daerah batuan gamping, di daerah tanah keras, air juga membentuk aliran di dalam tanah. Namun karena padatnya batuan diatasnya, maka terasa sulit bagi kita unutk melacak keberadaan air tanah tersebut.

Sebenarnya teknik melacak sumber daya air tanah dapat dilakukan dengan mempelajari dinamika dan karakteristiknya. Seperti arah, kecepatan, porositas dan kualitas dengan menggunakan teknik hidrologi ataupun geohidrologi. Sedangkan penelitian mengenai gerakan air tanah dapat dilakukan dengan mempelajari pemetaan tinggi muka air tanah. Kecepatan gerakan air tanah juga dapat diperkirakan melalui penentuan permeabilitas dan porositas lapisan akuifer. Sedangkan kualitas air tanah dapat ditentukan dengan analisis hidrokimia.

“Sedangkan teknik hidroisotop ternyata bisa menjadi salah satu solusi teknologi untuk mendeteksi dan mengidentifikasi pergerakan serta pencemaran air tanah,” ujar Dr. Syafalni, Dipl.H.,M.Sc., pada orasi ilmiahnya dalam pengukuhan beliau sebagai Profesor Riset ke-20, di gedung BATAN, April 2006 lalu.

“Selain itu teknologi itu juga dapat memberikan data dan informasi yang lebih akurat bila dibandingkan teknik terkait lainnya,” ulas lelaki kelahiran Pariaman ini.

Teknik hidroisotop, menurut beliau pada dasarnya digunakan dengan metode perunut isotop alam dan buatan. “Teknik isotop alam digunakan untuk menentukan asal-usul, kecepatan gerakan air tanah, mempelajari interaksi diantara akuifer berbeda, asal dan sifat senyawa air tersebut, katanya.

Sedangkan perunut radioisotop buatan dipakai untuk mengetahui karakteriktik akuifer, infiltrasi dan kecepatan aliran air tanah diantara sumur-sumur percobaan, diantara sumur dan sungai dan sumur dengan sumber lainnya.

“Dari kumpulan data geohidrologi, data perunut isotop alam dan data perunut rasioisotop buatan ini kita bisa memperkirakan asal-usul, kecepatan, arah dan kerakteriktisk akuifer airtanah,” jelasnya. “Data keluaran itu bisa kita olah sebagai model transpor pencemar. Dan hasil akhirnya bisa dijadikan rekomendasi pengelolaan sumber daya air tanah yang kita inginkan,” urainya panjang lebar.

Di Indonesia sendiri penelitian mengenai sumber daya air tanah ini telah dilakukan utnuk mencara kemungkinan daerah tercemar dari adanya Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah Bantar gebang. Dari penelitian tersebut di dapat data rinci arah gerakan air tanah dangkal pada tiga desa di sekitar TPA. Dengan teknik ini juga kemudian dapat menjelaskan mengeai gerakan air tanah di daerah ini yang dipengaruhi oleh tumpukan sampah. “Ini membuat lindi (air tercemar dari tumpukan sampah – red) dari TPA termigrasi keluar,” ujarnya. “Dan kemudian meracuni sumur-sumur di sekitarnya.”

Melihat kemampuan radioisotop seperti inilah membuat beliau menyarankan agar pengembangan teknologi inilebih diperluas. Mengingat pengelolaan sumber daya air tanah di Indonesia yang masih lemah dan memerlukan perbaikan serius. Agar pencemaran dan penurunan kualitas dan kuantitas air tanah sebagai sumber utama kehidupan masyarakat dapat diminimalisasi adanya.

Tinggalkan komentar