Mengatasi Keadaan Darurat

Tiba-tiba seorang pengendara sepeda terjatuh di depan mata. Tubuhnya terguling-guling di aspal yang keras. Lalu lintas yang padat, membuat korban sempat terserempet oleh mobil. Sontak semua yang ada dipinggir jalan terdiam. Lalu menjadi ramai, ketika semua merubung. Mencari tahu apa yang terjadi. Kebanyakan hanya melihat. Padahal si korban terlihat dalam kondisi luka parah berat. Suaranya terdengar tak beraturan. Sementara tubuhnya dipenuhi darah disana-sini.

Apabila kita berada didalam kerumunan tersebut, kira-kira apa yang akan dilakukan? Bingung mungkin saja. Karena melihat kondisi keadaan korban yang terlihat tragis. Buat beberapa orang, bisa saja pingsan, karena tak tahan melihat darah. Namun banyak yang lain mungkin hanya diam saja. Merubung dan menonton, tanpa melakukan banyak hal, selain memberikan penilaian-penilaian terhadap kejadian tersebut. Ada beberapa yang lain, memiliki mental yang baik. Memilih menelepon pihak yang terkait untuk memberikan pertolongan pada korban tersebut. Hanya sayangnya kemudian upaya pertolongan dari pihak terkait yang diharapkan datang terlalu lama. Sehingga korban kemudian malah mengalami kejadian fatal lain, seperti kematian, lantaran terlalu lamanya korban ditangani.

Seperti juga pada kasus peledakan bom yang menimpa JW Marriot dan Ritz Carlton Hotel beberapa waktu lalu. Jumlah korban yang mencapai puluhan, menurut perkiraan bisa saja dikurangi, bila tindakan pertolongan darurat bisa cepat diberikan. Mengingat sampai saat ini, pada kasus-kasus keadaan darurat, upaya menunggu pertolongan korban melalui pihak terkait seperti ambulans atau dokter terhitung masih lama.

Peran masyarakat yang berada disekitar kejadian sebenarnya bisa dimaksimalkan. Hanya sayangnya seperti yang lain, tak banyak mungkin orang-orang di Indonesia ini yang memahami konsep-konsep pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K), atau pertolongan pertama pada gawat darurat (PPGD). Padahal kalau mengerti secara mendasar saja, apa yang harus dilakukan, mungkin korban masih bisa terselamatkan, sebelum ditangani secara profesional.

Konsep pertolongan pertama yang bisa dilakukan, bisa melalui pembrian ruang terbuka bagi korba. Karena terlalu banyaknya orang merubung malah membuat korban makin stress. Jadi bila melihat keadaan darurat, usahakan daerah korban ditaruh sudah dilokalisir.

Kemudian pengecekan terhadap sistem kehidupan bisa dilakukan. Cek dahulu mengenai nafas korban. Karena jalur nafas merupakan titik paling vital dari kehidupan awal. Cari tahu kondisi pernafasan korban. Apabila tak ada nafas keluar dan masuk secara teratur, periksa apakah ada bahan penyumbat, yang membuat jalan nafas terganggu. Penyumbat jalan nafas bisa saja berupa darah, gigi yang terlepas dan masuk ke dalam kerongkongan, atau memang ada benda-benda di luar tubuh yang tak sengaja masuk.

Bisa saja sistem pernafasan terhenti karena gagal jantung. Periksa juga jantung korban. Apakah berdetak atau tidak? Apabila tidak berdetak, atau terlalu lemah, usahakan tehnik resus itasi. Sentakan pada jantung, dan pemberian nafas buatan terakdang bisa sangat membantu korban.

Setelah korban memiliki jalan nafas yang baik. Baru lakukan tindakan pengecekan ke seluruh tubuh. Kondisi seperti patah tulang dan pendarahan bisa saja terjadi. Perhatikan secara menyeluruh, di bagian-bagian mana saja, korban mengalami pendarahan. Lakukan penutupan jalan darah keluar secepatnya. Bisa dengan menggunakan tangan, atau dengan alat-alat disekitar kita seperti handuk, pakaian atau lainnya. Intinya hentikan pendarahan secepatnya, agar korban tak mengalami trauma terlalu berat.

Bila korban mengalami patah tulang, segera posisikan di keadaan normal. Pertahankan kondisi tersebut sebaik mungkin. Bisa dengan menggunakan pengganjal, atau dibalut dengan bahan yang ada disekitar saja. Minimalisasi gerakan yang mengakibatkan sistem yang patah mengalami guncangan, karena akibat gerakan tersebut bisa saja merembet pada akibat yang lain.

Apabila korban sudah mendapatkan jalan nafas yang baik, serta pertolongan pada pendarahan pada patah tulang. Bisa dibilang korban tersebut telah mendapatkan pertolongan pertama yang diperlukan. Tindakan berikutnya yang bisa dilakukan hanya menghubungi para profesional dalam bidang ini, untuk melanjutkan upaya penyembuhan.

Hingga Sabtu (18/7/2009) kemarin, sudah mencapai puluhan korban yang menjadi korban bom di Jakarta. Delapan diantaranya warga asing. Sementara dari kronologi kejadian diketahui banyaknya jumlah korban bisa diminimalisasi, bila ambulans dan polisi bisa cepat datang, dan masyarakat bisa diberdayagunakan. Belajar dari situasi tersebut, apa tak sebaiknya kita melatih secara masal tindakan darurat. Bukan untuk gaya-gayaan, tapi ini dibutuhkan agar makin kecil resiko kerugian yang harus dialami. (sulung prasetyo)

Tips Menghadapi Keadaan Darurat
1.perhatikan situasi disekitar korban. Apabila terlalu ramai orang, agar diatur sehingga membuka ruang bagi korban.
2.Periksa sistem pernafasan korban. Usahakan tak ada yang menyumbat jalan nafas.
3.Apabila jantung terlalu lemah berdetak, lakukan tindakan resus itasi dengan sentakan pada jantung dan pernafasan buatan.
4.Periksa kemungkinan pendarahan pada korban. Tutup jalan darah yang keluar.
5.Hubungi pihak terkait dengan cepat.

Tinggalkan komentar