Krisis Ukrainia Bisa Berpengaruh ke Luar Angkasa

Krisis yang kini melanda Ukrainia, ditengarai bisa mempengaruhi hubungan antara Amerika Serikat (AS) dan Rusia. Termasuk didalamnya pemutusan kerjasama misi antariksa, yang bisa berakibat fatal bagi kedua negara.

Bagi AS pemutusan kerjasama tersebut justru merugikan. Mengingat kini mereka tak memiliki satupun wahana untuk membawa Astronot mereka keluar angkasa. Sebabnya pesawat ulang-alik milik AS, Atlantis sudah memasuki masa pensiun.

Satu-satunya harapan merupakan roket berpenumpang Soyuz milik Rusia. Bila AS ingin datang ke stasiun luar angkasa internasional (ISS). Sedangkan harga satu bangku di Soyuz, bisa sampai US$ 60 juta.

“Saya akan sangat sedih bila kolaborasi antara Rusia dan AS, serta Rusia dan Uni Eropa (UE) di luar angkasa dicabut. Karena itu sebenarnya merusak Rusia, Amerika dan Eropa insting,” kata Sergei Khrushchev, anak dari mantan pemimpin Rusia Nikita Khrushchev, Kamis (14/8/2014).

Menurutnya kerjasama yang selama ini ada, sudah sangat baik. Jangan sampai hanya karena pikiran pendek para politisi, kerjasama tersebut harus disia-siakan.

Sementara itu Bill Barry, Kepala sejarah Badan Antariksa AS (NASA) mengatakan seharusnya AS dan Rusia tetap mempertahankan kerjasama mereka di antariksa.

“Ketegangan yang kini ada, sepertinya biasa terjadi diantara kedua negara, kadang naik kadang turun tensinya,” urai Barry optimis.

Menurutnya korporasi kedua negara dalam bidang antariksa, telah disepakati bersama sebelumnya. Dan hasilnya juga telah dipahami sebagai contoh positif dari pentingnya sebuah kerjasama.

“Saya pikir kedua pihak bisa meliha tberbagai cara menemukan jalan untuk bekerja bersama,” tutur Barry.

Beberapa waktu sebelumnya AS mengeluarkan sanksi, lantaran keputusan Rusia untuk mendukung kelompok pemberontak Ukrainia pro Rusia. Sanksi makin berat dikeluarkan setelah jatuhnya pesawat sipil milik maskapai penerbangan Malaysia Airlines, MH17 di Ukrainia. Ditengarai penyebab jatuhnya MH17 akibat roket yang ditembakan dari daratan, yang diperkirakan dimiliki pasukan pemberontak Ukrainia pro Rusia.

Mengenai sanksi yang diberikan AS itu, Deputi Perdana Menteri Rusia, Dmitry Rogozin mengatakan akan memutus hubungan kerjasama antariksa kedua negara, sebagai balas dari sanksi yang diberikan AS kepada Rusia.

“Astronot Amerika bisa pergi ke luar angkasa dengan menggunakan trampoline,” kata Rogozin, pada saat itu.

Namun menurut mantan Astronot Inggris, Mike Foale pemutusan kerjasama itu tak akan mungkin bisa dilakukan. Mengingat sebenarnya stasiun luar angkasa ISS, memiliki teknologi yang mengharuskan kedua negara itu ada disana.

“Saat mulai membangun ISS, Amerika setuju untuk membangun semua sistem elektronik dan energi elektrik didalamnya. Sementara Rusia setuju untuk membangun semua sistem bahan bakar,” imbuh Foaley.

Jadi menurutnya tidak akan mungkin bila salahsatu pihak ingin memutus kerjasama, sebab kedua negara itu sebenarnya sangat saling membutuhkan di ISS.

Sejauh ini kedua negara sedang coba menjajaki kerjasama baru, lantaran ketegangan tersebut. Pihak AS mengatakan mulai melirik kerjasama dengan perusahaan swasta seperti SpaceX, yang mampu memfasilitasi mereka.

 

Sementara pihak Rusia mengatakan kerjasama mereka di ISS akan berakhir tahun 2020. setelah itu mereka akan membuka kerjasama dengan pihak lain. Rusia sendiri melirik negara baru pemain di luar angkasa, seperti Tiongkok untuk diajak bekerjasama. (BBC/AFP/slg)

Tinggalkan komentar