Ketegangan AS – Tiongkok Bisa Jadi Bencana

Konfrontasi yang kini terjadi antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok, dikatakan bisa menjadi bencana. Presiden Tiongkok, Xi Jinping berharap adanya sikap saling menghormati untuk menghindari bencana tersebut.

“Konfrontasi Tiongkok-AS, bagi kedua negara dan dunia, bisa berubah menjadi bencana,” kata Xi, Rabu (9/7/2014).

Ucapan tersebut terlontar pada dialog yang kembali dilakukan antara dua negara tersebut, di Beijing. Para diplomat yang terlibat diharapkan bisa membicarakan masalah konflik, Korea utara dan tingginya tensi terkait Laut Tiongkok Selatan.

Menurut Xi, salah satu cara untuk menghindari bencana tersebut adalah dengan saling menumbuhkan rasa menghormati dan mencari pemecahan masalah secara seimbang. “Respek terhadap kerawanan dan integritas territorial, seerta respek terhadap satu sama lain bisa menjadi jalan pengembangan masalah ini,” tambah Xi.

Di lain pihak, Menteri Luar Negeri AS, John Kerry pada kesempatan yang sama mengatakan pihaknya tidak merasa mencari masalah dengan Tiongkok. Selain itu ia juga mengharapkan pihak Tiongkok tidak menginterpretasikan semua tindakan AS di Laut Tiongkok Selatan dengan isu berbeda.

“Kami kembali mengingatkan kalau AS sangat terbuka dengan kemungkinan kerjasama untuk membangun hubungan yang lebih baik,” ujar Kerry.

Selain itu pihak AS juga meminta Tiongkok untuk menjalankan perannya sebagai penentu kestabilan di Asia . Menurutnya pihak AS telah memainkan peran untuk menjaga kestabilan dan pembangunan wilayah Asia , dan memutuskan untuk bermain secara bertanggung jawab terhadap dunia.

Dialog antara Tiongkok dan AS kembali terjadi setelah konflik di Laut Tiongkok Selatan terus memanas. Setidaknya ada enam negara terlibat dalam konflik tersebut, setelah Tiongkok secara sepihak mengklaim seluruh area Laut Tiongkok Selatan sebagai milik mereka.

Terakhir konflik besar terjadi antara Tiongkok dan Vietnam , dalam perebutan pulau Paracel. Dalam konflik tersebut beberapa kapal nelayan Vietnam menjadi korban. Sementara para pekerja Tiongkok di Vietnam juga menjadi korban kerusuhan.

Selain Vietnam , negara Philipina juga merasa dirugikan oleh klaim teritorial Tiongkok tersebut. Dalam kenyataan dilapangan ada kepulauan Spratly di barat Philipina, yang hingga kini terus menjadi rebutan.

Pihak AS yang berada dibelakang Philipina merasa turut ingin ambil bagian dalam kasus tersebut. Selain itu pihak AS juga dikatakan merasa gerah dengan perkembangan dan latihan perang, yang dilakukan pihak Tiongkok di daerah Laut Tiongkok Selatan.

Masalah makin meruncing setelah Jepang juga merasa keberatan dengan klaim Tiongkok tersebut. Masing-masing negara merasa memiliki daerah yang disebut Laut Tiongkok Selatan itu.

Konflik antara pihak AS dan Tiongkok makin meruncing setelah pada bulan lalu tidak terjadi kesepakatan damai, terutama menyangkut serangan teroris melalui situs internet. Pada bulan Mei 2014 pihak AS mengatakan ada lima petugas militer Tiongkok diketahui melakukan kegiatan pengrusakan terhadap bisnis di AS, melalui peretasan. Tiongkok tidak mengakui kasus tersebut, dan meutar balikan fakta kalau justru AS yang melakukan hal tersebut.

Tinggalkan komentar