Kesejahteraan Hewan Kurang Diperhatikan

Hewan liar yang telah dipelihara kebanyakan di taruh dikandang. Seperti penjara saja layaknya. Untuk problem ini diperlukan tindakan khusus. Karena bila didiamkan malah akan berdampak pada psikologis satwa. Burung kakatua yang terus mencabuti bulunya sendiri, menggambarkan bahasa tubuh satwa tersebut bila merasa tidak terpenuhinya kebebasan alami untuk mencapai kesejahteraan.

Animal welfare yang diartikan sebagai kesejahteraan hewan. Adalah suatu usaha untuk memberikan kondisi lingkungan yang sesuai bagi satwa, sehingga berdampak pada fisik dan psikis satwa,” ucap drh. Wita Wahyudi, di Malang, Jum’at (13/2/2004) lalu.

Banyak pertimbangan yang mendasari mulai timbulnya pemikiran mengenai kesejahteraan untuk hewan. Lebih spesifik adalah bagi satwa dalam kandang. Lingkungan kandang yang tak alami, lebih statis, memiliki keterbatasan interaksi fisik, berakibat pada sisi sosial dan psikologis satwa. “Akibatnya hewan tidak bisa memilih secara alami,” tambah drh. Wita.

Kesejahteran hewan juga berbicara secara individual. Inilah bedanya dengan konservasi, yang lebih membicarakan kelompok. “Kesejahteraan hewan bicara tentang kualitas. Apakah Owa mendapatkan kandang yang cukup, makanan yang cukup, kebutuhan biologis yng terpenuhi. Sedangkan konservasi berbicara kuantitas, yang penting jumlah orang utan tidak menurun,” ungkap Rosek Nursahid, selaku wakil dari ProFauna Indonesia, pada waktu yang sama.

Jadi fokus utama merupakan kualitas dan bukan kuantitas pemeliharaan satwa. Untuk itu diperlukan parameter untuk mengukur tingkat sejahtera satwa. Dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup satwa peliharaan. Akhirnya dibentuk format parameter yang dapat dipakai dan berlaku, serta diterapkan sebagai penilaian lembaga konservasi. “Konsep lima kebebasan (five freedom) merupakan kerangka kerja yang logis yang dapat dipertanggungjawabkan untuk menganalisa kesejahteraan hewan,” kata drh. Wita.

Di dunia kedokteran hewan ada pengklasifikasian jenis hewan yang telah didomestikasi. Jenis hewan piaraan (pet animals), jenis hewan peternakan (farm animals) dan jenis hewan liar (wild animals) menjadi tiga dasar pengelompokan pemanfaatan satwa. “Konsep kesejahteraan ini mencakup semua jenis satwa, mulai dari pet, farm dan wild animals,” jelas drh. Wita lagi.

Lima Kebebasan

Lima kebebasan yang dijadikan indikator merupakan perwujudan bebas dari rasa lapar dan haus, bebas dari rasa panas dan rasa tak nyaman secara fisik, bebas dari luka dan sakit, bebas berekspresi dan bebas dari rasa takut dan penderitaan.

Air minum bersih, makanan yang sesuai dengan perilaku alami, keamanan dalam metode makan, kesehatan pakan, minimalisasi pemberian pakan oleh pengunjung, dan berapa banyak frekwensi pemberian makanan menjadi beberapa indikator dari prameter bebas dari rasa haus dan lapar.

Bila hewan memiliki shelter dikandangnya sebagai areal untuk beristirahat. Atau memiliki fasilitas sesuai perilaku, seperti kolam atau kubangan untuk jenis kud nil, karena tidak memiliki kelenjar keringat. Juga beberapa hal yang harus diperhatikan.belum lgi masalah tingkat kebisingan, akses untuk ke halaman kandang, kebersihan dan teknis drainase yang memadai menjadi faktor tambahan terlengkapinya pemuasan kebebasan hewan dari rasa panas dan dan tak nyaman.

Masalah luka, sakit dan penyakit yang mungkin timbul juga seharusnya dilakukan secara preventif. Stok obat, karantina yang harus dilakukan bila binatang mengalami sakit, monitoring kesehatan, kontrol hama, sanitasi, dan program check kesehatan untuk orang yang mengurus kandang, pada akhirnya menghasilkan dignosa yang tepat dan cepat. Menjadikan implementasi nilai kuratif yang diharapkan lebih tercapai.

Binatang yang mengalami stres karena tidak merasa bebas berekspresi akan mudah terlihat secara kasat mata. Beruang yang suka mengoyangkan kepala sendiri, harimau yang terus mondar-mandir, burung yang suka mencabuti bulu, atau primata yang membenturkan badannya ke jeruji seperti ingin bunuh diri. Merupakan indikator-indikator dari satwa yang merasa terkekang kebebasanny dalam berekspresi. “Dengan adanya teman satu spesies, penyediaan ruang yang memadai serta fasilitas kandang yang sesuai perilaku, bisa menjadi solusi yang paling masuk akal,” ungkap drh. Wita lagi.

Truma terpisah dari induk karena diambil secara paksa menjadi sebuah wacana sulit untuk dilupakan. Tinggal dikandang dengan spesies lain bisa makin memicu timbulnya rasa takut berlebihan dalam diri satwa. Padahal konsep kebebasan terakhir merupakan terlepasnya satwa dari rasa takut dan penderitaan.

Memang juga harus diakui beberapa jenis spesies tidak bisa hidup tanpa intervensi dari manusia. Namun bukan berarti mereka akan selalu survive dengnintervensi manusia. Lim paramater kebebasan seperti diatas memang harus terpenuhi bila kita ingin memelihra binatang. Kesejahteraan hewan berdampak pada kesejahteraan manusia juga. Kasus mungkinnya penularan 194 jenis virus hewan ke manusia atau sebaliknya, bisa menjadi contoh akibat kurangnya manusia memperhatikan satwa peliharaan.

Tinggalkan komentar